BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gerakan Keluarga Berencana (KB) telah berhasil
menurunkan jumlah anak pada tiap keluarga dari tiga menjadi dua orang anak,
khususnya dinegara maju. Pencapaian peserta KB pada pasangan usia subur (PUS)
sekitar 56% ditingkat dunia dapat merupakan dugaan transisi pertumbuhan
penduduk. Dikemukakan bahwa sekitar 120-150 juta penduduk dunia tidak ingin
mempunyai anak lagi tetapi tanpa perlindungan alat kontrasepsi. Kini dinegara
maju diperkirakan rata-rata keluarga mempunyai dua orang anak, sedangkan
dinegara berkembang sekitar tiga orang anak (Manuaba, 2002).
Program Keluarga Berencana Nasional yang kini
telah diubah visinya menjadi “Keluarga Berkualitas Tahun 2015” dimana keluarga
yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki
jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya
menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan
kualitas keluarga dan meningkatkan kesehatan reproduksi. Pada tanggal 29 Juni
1994, Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera diresmikan oleh Presiden Soeharto
di Sidoarjo. Pembangunan keluarga sejahtera merupakan upaya untuk meningkatkan
kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga dalam mengantisipasi setiap
pegaruh negatif yang mengancam keutuhan keluarga sebagai unit terkecil yang
paling utama dari masyarakat (Hartanto, 2004).
Mengenai kesehatan reproduksi bukan hanya
membahas tentang organ-organ reproduksi tetapi ada beberapa aspek yang perlu
diketahui, salah satunya kontrasepsi. Saat ini ada dua metode kontrasepsi,
yaitu metode sederhana dan metode modern. Metode sederhana dilakukan dengan
cara tanpa alat, dengan alat, dan kimiawi, sedangkan metode modern dilakukan
dengan berbagai cara, seperti: Kontrasepsi Hormonal, Intra Uterine Devices
(IUD, AKDR), dan Kontrasepsi Mantap (Hartanto, 2004).
Kontrasepsi suntik merupakan alat kontrasepsi
yang populer di Indonesia. Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan
yang cara pemakaiannya dengan menyuntikkan kepada wanita subur. Saat ini
terdapat dua macam kontrasepsi suntikan, yaitu golongan progestin seperti Depo
Provera, Depo Geston, Depo Progestin, Noristerat, dan golongan progestin dengan
campuran estrogen propionate, seperti Cyclo Provera atau Cyclofem (Mansjoer
dkk, 2005).
Pemilihan KB suntik perlu perhatian khusus,
terutama bagi wanita usia di atas 35 tahun mengingat resiko yang timbul seperti
serangan jantung, stroke dan masalah perubahan tekanan darah. Efek samping dari
kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe,
menoragia dan muncul bercak (spotting), pertambahan berat badan, dan alergi
(BKKBN, 2004).
Efek samping dengan gangguan haid yang paling
sering terjadi pada wanita pengguna kontrasepsi suntik dirasakan mengganggu
aktivitas mereka. Persentase wanita Indonesia usia 15-49 tahun yang menggunakan
alat kontrasepsi tahun 2008 adalah: suntik (57,83%), pil (29,37%), implant
(4,91%), IUD (Intra Uterin Dervices)
(4,44%), kondom (2,40%), tubektomi (0,96%), vasektomi (0,10%) (BKKBN, 2008).
Kontrasepsi suntikan merupakan kontrasepsi yang
mengandung progestin. DMPA merupakan turunan progesterone, yang merupakan suatu
progestin yang mekanisme kerjanya bertujuan menghambat sekresi hormon pemicu
folikel (FSH) dan LH serta lonjakan LH.
Kontrasepsi suntikan mempunyai efek samping
utama yaitu gangguan pola haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling
menggangu. Gangguan haid merupakan pola haid yang normal yang berubah menjadi
amenore, perdarahan ireguler, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi,
lama dan jumlah darah yang hilang. Efek pada pola haid tergatung pada lama
pemakaian. Perdarahan intermentrual dan perdarahan bercak berkurang dengan
jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar (Hartanto, 2004).
Berdasarkan hasil
survei
awal dari wilayah kerja puskesmas Sukamerindu pada tanggal 7 November tahun 2011 yang dilakukan melalui wawancara langsung di
dapat hasil pada 10 orang ibu menggunakan KB suntik 6 orang mengalami efek samping gangguan haid
setelah menggunakan alat kontrasepsi suntik, 4 orang memakai KB suntik hanya mual dan muntah.
Dari latar
belakang diatas maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang “Gambaran Efek Samping KB (Keluarga Berencana) Suntik di
Puskesmas Sukamerindu Kota
Bengkulu tahun 2012”.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas maka masalah pokok
dari penelitian ini yaitu efek samping KB (Keluarga Berencana) suntik di
Puskesmas Sukamerindu kota Bengkulu tahun 2012.
C.
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
Umum
Tujuan umum
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran efek samping KB (Keluarga Berencana) Suntik di Puskesmas Sukamerindu kota Bengkulu tahun 2012.
2.
Tujuan
Khusus
a)
Untuk
mengetahui distribusi frekuensi jenis pengguna KB (Keluarga Berencana) suntik di
puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2012.
b)
Untuk
mengetahui distribusi frekuensi kejadian amenorea
di puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2012.
c)
Untuk
mengetahui distribusi frekuensi kejadian polimenore
di puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2012.
d)
Untuk
mengetahui distribusi frekuensi kejadian spotting
di puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2012.
e)
Untuk
mengetahui distribusi frekuensi kejadian perdarahan hebat di puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2012.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat
Praktis
a)
Bagi
petugas kesehatan
Memberikan
informasi mengenai gambaran efek
samping KB (Keluarga
Berencana) suntik pada ibu di Puskesmas Sukamerindu kota Bengkulu tahun 2012.
b)
Bagi puskesmas Sukamerindu
Data yang diperoleh dapat digunakan sebagai masukan
untuk menentukan program kerja puskesmas Sukamerindu.
2.
Manfaat
Teoritis
a)
Menambah
wacana kesehatan tentang gambaran efek samping KB (Keluarga Berencana) suntik
pada ibu.
b)
Dapat menjadi masukan dan pengalaman
tentang cara atau prosedur penelitian secara terencana atau sistematis serta
mengetahui gambaran efek
samping KB (Keluarga
Berencana) Suntik di Puskesmas Sukamerindu kota Bengkulu tahun 2012.