BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai saat ini masih menjadi kendala yang disebabkan masih tingginya masalah kesehatan, terutama yang berkaitan dengan penyakit yang dapat menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat, ( Depkes RI, 2002 ).
Penggunaan obat merupakan hal yang sangat krusial dalam pengobatan penyakit. Oleh karena itu obat obat mesti diberikan dengan tepat, baik tepat penyakit, tepat obat, tepat dosis, tepat cara pakai, tepat pasien, kalau tidak obat akan memberikan efek yang tidak diharapkan dan bahkan bisa memberikan efek keracunan yang membahayakan jiwa pasien, (Dunia Farmasi, 2010).
Organisasi kesehatan dunia WHO menyebutkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pembelanjaan obat di negara-negara berkembang antara 20 – 40% terhadap total biaya kesehatan sedangkan di negara maju antara 10 – 20%, disebutkan juga bahwa 50 – 90% pasien di negara berkembang membayar biaya pengobatan secara swadaya (tidak ditanggung asuransi). Khusus untuk Indonesia, harga obat tergolong mahal yang disebabkan oleh lebih dari 90% bahan baku obat harus diimpor dari luar negeri, (Dunia Farmasi, 2010).
Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara majunya sebesar 50% sedangkan di negara berkembang, jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi utamanya pada terapi penyakit tidak menular (misalnya : diabetes, hipertensi, asma, kanker, dsb), gangguan mental, penyakit infeksi HIV / AIDS dan tuberkulosis Adanya ketidakpatuhan pasien pada terapi penyakit ini dapat memberikan efek negatif yang sangat besar karena prosentase kasus penyakit-penyakit tersebut diseluruh dunia mencapai 54% dari seluruh penyakit pada tahun 2001. Angka ini bahkan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 65% pada tahun 2020.
Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan pada pasien, antara lain tidak patuh minum obat, tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya dukungan dari keluarga, kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang suatu penyakit serta adanya masalah kehidupan yang berat yang dapat memicu kambuhnya suatu penyakit tersebut, (Akbar, 2008).
Kepatuhan merupakan fenomena multidimensi yang ditentukan oleh tujuh dimensi, faktor terapi, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan, usia, dukungan keluarga, motivasi pasien dan faktor sosial ekonomi. Diatas semua faktor itu, diperlukan komitmen yang kuat dan koordinasi yang erat dari seluruh pihak dalam mengembangkan pendekatan multidisiplin untuk menyelesaikan permasalahan ketidak patuhan pasien ini, (Purwanto, 2010).
Kepatuhan yang rendah terhadap obat yang diberikan dokter dapat meningkatkan risiko morbiditas, mortalitas dan resistensi obat baik pada pasien maupun pada masyarakat luas. Banyak faktor berhubungan dengan kepatuhan terhadap terapi pengobatan termasuk karakteristik pasien, hubungan antara petugas pelayanan kesehatan dan pasien, regimen terapi dan seting pelayanan kesehatan, selain itu umur, jenis kelamin, motivasi pasien, suku/ras dan status ekonomi keluarga berhubungan dengan kepatuhan pasien dibeberapa tempat di Indonesia, (Purwanto, 2010).
Lamanya penyakit akan memberikan efek negative terhadap kepatuhan pasien. Makin lama pasien mengidap penyakit, makin kecil pasien tersebut patuh pada pengobatannya. Masalah biaya pelayanan juga merupakan hambatan yang besar bagi pasien yang mendapat pelayanan rawat jalan dari klinik umum. Tingkat ekonomi atau penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karna tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat atau membayar tranportasi, (Notoadmodjo,2003).
Usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan. Misalnya seorang pasien usia 35 tahun dengan 2 orang anak balita dibandingkan dengan penderita lain yang berusia 78 tahun dimana semua anaknya sudah mandiri tentu saja berbeda dalam menentukan pilihan untuk mendapatkan kesehatan. Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia masih muda mempunyai harapan hidup yang tinggi, sebagai tulang punggung keluarga , sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga atau anak-anaknya. Tidak sedikit dari mereka merasa sudah tua, capek, hanya menunggu waktu, akibatnya mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi pengobatan. Usia juga erat kaitannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang sangat besar bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun. Selain itu kemampuan ekonomi, motivasi atau dukungan keluarga juga berperan dalam ketaatan seseorang menjalani terapi, (Indonesian Nurse, 2008). Penelitian Zuliana, (2009) di puskesmas Pekan Labuhan Medan, menunjukkan 31,6% pasien tidak patuh dalam menjalani pengobatan, hal ini di karenakan kurangnya dukungan keluarga, pengaruh sosial ekonomi dan jarak rumah dan tempat pelayanan medis yang cukup jauh membuat pasien tidak patuh terhadap pengobatan.
Berdasarkan data yang di peroleh di sub bagian rekam medic di RSUD.M.Yunus Bengkulu, jumlah kunjungan pasien di ruang melati RSUD.M.Yunus Bengkulu, tahun 2008 sebanyak 1941 pasien, tahun 2009 sebanyak 1532 pasien dan pada tahun 2010 sebanyak 1715 pasien dan jumlah kunjungan pada bulan Desember sebanyak 129 pasien.
Survey awal yang dilakukan peneliti pada pasien pasca perawatan di ruang Melati RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu dari 10 orang pasien yang menjalani pengobatan di rumah, 5 orang diantaranya mengatakan tidak teratur meminum obat, 2 orang diantaranya mengatakan terlalu mahalnya biaya dan tidak sanggup membeli obat, 2 orang responden dengan usianya sudah tua dan merasa harapan untuk sembuh sangat rendah, dan 1 orang responden lagi mengatakan kurang termotivasi karena merasa bosan jika harus meminum obat setiap hari.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik dan berkeinginan untuk melakukan peneliti dengan judul, hubungan karateristik pasien dengan kepatuhan minum obat pasca rawat di Ruang Melati RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka didapat rumusan masalah apakah ada hubungan antara karateristik usia, status ekonomi, dan motivasi Dengan kepatuhan minum obat pasca rawat di Ruang Melati RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu 2011.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karateristik pasien dengan kepatuhan minum obat pasca rawat di Ruang Melati RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran kepatuhan minum obat pasca rawat di Ruang Melati RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu.
b. Diketahui gambaran usia pasien pasca rawat di Ruang Melati RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu.
c. Diketahui gambaran motivasi pasien pasca rawat di Ruang Melati RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu.
d. Diketahui gambaran status ekonomi pasien pasca rawat di Ruang Melati RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu,
e. Diketahui hubungan usia dengan kepatuhan minum obat pasca rawat di Ruang Melati RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu.
f. Diketahui adakah hubungan motivasi pasien dengan kepatuhan minum obat pasca rawat di Ruang Melati RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu.
g. Diketahui hubungan status ekonomi pasien dengan kepatuhan minum obat pasca rawat di Ruang Melati RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk RSUD Dr. M. yunus Bengkulu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karateristik pasien yang berhubungan dengan dengan kepatuhan minum obat pasca rawat di Ruang Melati RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu.
2. Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan memberikan masukan dalam mempelajari karateristik pasien yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat
3. Untuk Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian serupa yang akan dikembangkan lebih lanjut.
No comments:
Post a Comment