Monday, 15 June 2015

hubungan pengetahuan dan status ekonomi keluarga dengan kejadian demam typoid



ABSTRAK

       Demam Typoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman Salmonella Typhosa. survey awal menunjukkan dari 15 oarang yang dirawat inap 5 diantarannya menderita demam typoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan status ekonomi keluarga dengan kejadian demam typoid diruang rawat inap C2 (Melati) RSUD Dr M Yunus Bengkulu tahun 2010.
       Jenis dalam penelitian ini adalah Deskriktif Analitik dengan  menggunakan desain cross sectionalPopulasi dalam penelitian ini adalah semua orang yang dirawat inap diruang C2 (Melati) RSUD Dr M Yunus Bengkulu pada tahun 2009 yang berjumlah 2874 orang. Dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling dan sampel berjumlah 75 responden. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, dianalisa dengan univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji chi scuare.
       Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (90,7%) responden mempunyai pengetahuan kurang baik terhadap penyakit  demam typoid. Hampir dari separuh (38,7%) responden mempunyai tingkat sosial ekonomi rendah. hampir dari separuh responden (28,0%) pasien yang yang dirawat menagalami demam typoid, tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian demam typoid, tidak ada hubungan yang bermakna antara social ekonomi keluarga dengan kejadian typoid.
       Kepada pihak RS diharapkan dapat memberikan penyuluhan yang lebih efektif, seperti menempel poster-poster yang menarik tentang penularan demam typoid, cara pencegahannya, dan cara perawatannya.



Kata kunci : Demam typoid, pengetahuan, sosial ekonomi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN USIA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI


 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembedahan atau operasi adalah suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pasien pre operasi dapat mengalami berbagai ketakutan, takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktahuan. Selain ketakutan-ketakutan tersebut pasien juga mengalami kekhwatiran lain seperti masalah finansial, tanggung jawab terhadap keluarga, dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan akan prognosis buruk atau kemungkinan kecacatan di masa akan datang dan ancaman ketidakmampuan permanen yang lebih jauh. Hal ini memperberat ketegangan emosional yang sangat hebat yang diciptakan oleh prospek pembedahan (Wijayanti, 2009).
1
 
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien karena akan muncul berbagai kemungkinan masalah dapat terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan yaitu munculnya kecemasan yang mereka alami. Kecemasan pada pasien berkaitan dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan  (Mu’arifah, 2005).
Kecemasan (ansietas) adalah respon psikologik terhadap stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik. Reaksi fisiologis terhadap  kecemasan merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab. Manifestasi yang khas pada kecemasan tergantung pada masing-masing individu dan dapat meliputi menarik diri, membisu, mengumpat, mengeluh, dan menangis. Respon psikologis secara umum berhubungan adanya kecemasan menghadapi anestesi, diagnosa penyakit yang belum pasti, keganasan, nyeri, ketidaktahuan tentang prosedur operasi dan sebagainya (Nungki, 2009).
Penelitian Makmuri et.al (2007) tentang tingkat kecemasan pre operasi menunjukkan bahwa dari 40 orang responden terdapat 16 orang atau 40,0 % yang memiliki tingkat kecemasan dalam kategori sedang, 15 orang atau 37,5 % dalam kategori ringan, responden dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang atau 17,5 % dan responden yang tidak merasa cemas sebanyak 2 orang atau 5 %.
Kecemasan adalah keadaan suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan (Wijayanti, 2009). 90% pasien pre operasi berpotensi mengalami kecemasan. Kecemasan pasien sebelum pembedahan meliputi pengalaman masa lalu tentang operasi, pengetahuan klien, usia, diagnosa penyakit, jenis pembedahan, informasi sebelum pembedahan, social ekonomi, hospitalisasi dan lama menunggu jadwal operasi (Paryanto, 2009).
Menurut Sawitri (2006), bila seseorang memiliki pengetahuan tentang suatu hal maka akan timbul pemikiran tentang segi positif dan negatif mengenai hal tersebut, pengetahuan ini berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang dengan pemikirannya. Penelitian Supriyanti (2007), dengan hasil yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dalam aplikasi pencegahan anxietas pasien pre operasi elektif.
(Paryanto, 2009), menyatakan bahwa respon terhadap kecemasan dipengaruhi beberapa faktor yaitu usia atau tingkat perkembangan, jenis kelamin, sosial budaya dan pengalaman individu. Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.
Berdasarkan data yang terdapat RS Sragen Jawa Tengah rata-rata tiap bulan pada tahun 2010 terdapat 25-60 penderita yang menjalankan operasi. Berdasarkan catatan keperawatan ruang bedah Mawar, Teratai, dan Wijaya Kusuma RS Sragen, penderita yang akan dilakukan tindakan pembedahan pada kasus diatas, 10% dilakukan penundaan karena peningkatan kecemasan.
Berdasarkan data dari RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2010 dengan jumlah pasien pre operasi sebanyak 545 orang dengan distribusi pasien riwayat hipertensi yang mengalami kecemasan sebelum operasi sehingga operasi bisa dibatalkan (15.8%) dan pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda (30%). Kecemasan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah, sehingga tindakan anastesi atau pembedahan ditunda.
Studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada 10 pasien pre operasi di RSUD M. Yunus Bengkulu dari tanggal 01 – 11 Desember 2010 menunjukkan bahwa pasien dengan keluhan cemas menghadapi operasi (70%), pasien yang mengatakan siap menghadapi operasi (30%). Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan.
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan tingkat pengetahuan dan usia dengan kecemasan pre operasi di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2010”. 

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah masih adanya kecemasan yang terjadi pada pasien pre operasi yang menyebabkan operasi ditunda dan batal, dengan pertanyaan penelitian  sebagai berikut: “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan usia dengan kecemasan pre operasi di ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2010 ?




C. Tujuan Penelitian
1.   Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan usia dengan kecemasan pre operasi di ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2010.
2.   Tujuan Khusus
      Untuk mengetahui :
a.       Gambaran kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2010.
b.      Gambaran pengetahuan pasien pre operasi di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2010.
c.       Gambaran usia pasien pre operasi di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2010.
d.      Hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan pre operasi di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2010.
e.       Hubungan usia dengan kecemasan pre operasi di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2010.

D.   Manfaat Penelitian        
1.     Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat tentang kecemasan pada pasien pre operasi bagi mahasiswa Akademi Keperawatan Dehasen.
2.    Bagi RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan  tentang kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit terutama bagi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan keperawatan dalam kaitannya untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien pre operasi.
3.                Bagi peneliti lain
Diharapkan  penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan pada psien pre operasi sehingga didapatkan hasil yang lebih baik dari penelitian ini.

Thursday, 11 June 2015

GAMBARAN KARAKTERISTIK PEKERJA RESIKO KETULIAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PTP VII DI KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN 2010



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah,   Maret 2011
Paidi

GAMBARAN KARAKTERISTIK PEKERJA TERHADAP RESIKO  KETULIAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII DI KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN 2010

xiv + 53 Halaman, 7 Tabel, 1 Gambar, 7 Lampiran

ABSTRAK

Hasil survey yang dilakukan oleh Hendarmin (2005) Manufacturing Plant Pertamina dan dua pabrik es di Jakarta mendapatkan hasil terdapat gangguan pendengaran pada 50% jumlah karyawan disertai peningkatan ambang dengar sementara sebesar 5-10 dB pada karyawan yang telah bekerja terus-menerus selama 5-10 tahun. Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran para pekerja, karena dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang sifatnya permanen. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya gambaran karakteristik pekerja terhadap resiko ketulian pada pabrik kelapa sawit unit usaha Rejosari PTPN VII di Kecamatan Natar Lampung Selatan.

Metode penelitian menggunakan desain diskriptif yaitu teknik pengambilan sampel menggunakan Cluster Random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah para pekerja yang beresiko mengalami gangguan pendengaran yang berjumlah 34 orang.

Hasil penelitian tentang gambaran karakteristik  pekerja terhadap resiko  ketulian pada pabrik kelapa sawit unit usaha Rejosari PTPN VII di kecamatan Natar Lampung Selatan yang meliputi: pekerja yang terpapar dengan intensitas kebisingan lebih dari 85 dB dan sudah mulai mengalami gangguan pendengaran yakni (41,1%), pekerja dengan masa kerja lebih dari 10 tahun dan sudah mulai mengalami gangguan pendengaran yakni (53%), pekerja yang memiliki umur 41-60 tahun dan sudah mulai mengalami gangguan pendengaran yakni (67,6%), pekerja yang memiliki pendidikan SMA/STM dan sudah mulai mengalami gangguan pendengaran yakni (32,4%), dan pekerja yang sudah mulai mengalami gangguan pendengaran dan pekerja yang memakai APP maupun tidak memakai APP, yakni (38,2%) dan (35,2%).

Peneliti menyarankan khusunya bagi PTPN VII dapat Meningkatkan Upaya K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja) dan memfasilitasi setiap karyawan dengan alat pelindung pendengaran (APP), diupayakan bagi pekerja yang masa kerja lebih dari 10 tahun agar di pertimbangkan untuk di mutasi ke tempat yang tidak beresiko ketulian, diupayakan bagi pekerja yang usia kurang dari 40 tahun untuk di berikan pelatihan sebagai regenerasi, dan diberikan reward dan panismen terhadap pekerja yang patuh dan lalai memakai APP.


Daftar Bacaan 10 (2001-2011)

Wednesday, 3 June 2015

HUBUNGAN TEHNIK PEMASANGAN INFUS DAN CARA PEMBERIAN OBAT DENGAN KEJADIAN PLEBITIS

ABSTRAK

Enam puluh persen pasien yang di rawat di Rumah Sakit menggunakan infuse dan rata-rata pasien diberikan obat melalui intravena lewat selang infus. Survey awal di RSUD.M Yunus Bengkulu.dari tanggal 26–29 november dari 25 pasien yang telah dipasang infus terdapat 13 pasien (52%) yang sudah menampakan adanya tanda-tanda plebitis seperti peradangan disekitar tusukan jarum infus, kemerahan dan nyeri di sepanjang vena. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan tehnik pemasangan infus dan cara pemberian obat dengan kejadian phlebitis di ruang melati RSUD.M.Yunus Bengkulu tahun 2010.
Jenis dalam penelitian ini adalah deskriktif analitik  dengan menggunakan desain kohort. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang di pasang infus di melati C2, RSUD. Dr, M. Yunus Bengkulu. Dengan jumlah sampel 62 responden dianalisa dengan univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji chi scuare.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, lebih dari separuh (54,8%) tehnik pemasangan  infus tidak baik,  lebih dari separuh (56,5%) cara pemberian obat tidak baik, hampir separuh (46,8%) responden yang dipasang infus mengalami phlebitis, ada hubungan yang bermakna antara tehnik pemasangan infus dengan kejadian plebitis, (p=0,019) dan Tidak ada hubungan yang bermakna antara cara pemberian obat dengan kejadian plebitis, (p=1,000).
Kepada pihak RS diharapkan dapat merevisi dan mensosialisasikan kembali  protaf yang telah ada kepada seluruh perawat seperti menempel didinding atau dengan cara memberikan pelatihan kembali tentang  standar prosedur pemasangan infus dan prosedur pemberian obat kepada perawat, dengan menggunakan standar yang baru demi mengurangi angka kejadian phlebitis.

Kata kunci : phlebitis, tehnik pemasangan infus, cara pemberian obat

FILE LENGKAPNYA DOWNLOAD DI SINI
COVER            : http://adf.ly/10052769/coverdk
BAB1                : http://adf.ly/10052769/bab1
BAB2                : http://adf.ly/10052769/bab2
BAB3                : http://adf.ly/10052769/bab3
BAB4                : http://adf.ly/10052769/bab4
BAB5                : http://adf.ly/10052769/bab5
DAPUS             : http://adf.ly/10052769/dapusdk