BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional seperti yang di tetapkan
dalam GBHN, maka tujuan umum pembangunan kesehatan untuk mengusahakan
kesempatan yang lebih luas lagi bagi setiap penduduk untuk memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dengan mengusahakan kesehatan yang lebih luas
dan lebih merata serta dengan adanya peran aktif masyarakat.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit (protozoa)
dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles.
Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negara-negara
yang beriklim tropis dan sub tropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria
berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41 % dari jumlah penduduk dunia. Setiap
tahun, kasusnya berjumlah sekitar 300-500 juta kasus dan mengakibatkan 1,5 –2,7
juta kematian, terutama di negara-negara benua Afrika (Arlan, 2002).
Gejala klinis yang sering timbul mempunyai variasi sesuai dengan
jenis plasmodium yang menyerang. Namun hampir semuanya akan ditemukan demam
yang didahului dengan menggigil, pusing, sakit pada otot-otot, splenomegali,
dan anemia. Masa inkubasi plasmodium vivax dan plasmodium ovale 10 hari, dan
plasmodium malariae selama 28 hari (Soeparman, 1987).
Di Indonesia penyakit malaria ditemukan tersebar di seluruh
kepulauan. Derajat endemisitas malaria di Indonesia berbeda antara satau
daerah dengan daerah lain. Sebagian wilayah di Jawa, Bali telah bebas dari
penularan. Namun pada bulan Juli sampai Agustus 2002 sejumlah daerah di Jawa
Tengah dan Jogjakarta dilaporkan terserang penyakit ini. Di kabupaten Kebumen
dilaporkan sekitar 3000 orang yang terserang, sedangkan 12 kecamatan di
Kabupaten Purbalingga dinyatakan sebagai daerah endemis setelah selama 10-12
tahun tidak ada kasus malaria (Arlan, 2002).
Propinsi Bengkulu yang merupakan
daerah pantai yang beriklim panas, banyak terdapat hutan, perkebunan,
persawahan dan juga merupakan daerah endemis malaria. Kejadian malaria yang
ditunjukkan dengan angka prevalence rate belum adanya penurunan yang
cukup berarti. Apabila dilihat perkembangan tiap tahunnya penyakit malaria
termasuk penyakit menular yang masih banyak di derita oleh masyarakat Bengkulu,
dimana penderita malaria klinis 20.324 jiwa. Berdasarkan hasil pemeriksaan
persediaan darah melalui kegiatan PCD (passive detection) terhadap
13.466 spesimen darah, ditemukan 2.267 (16.83%) positif malaria (DinKes,
Provinsi Bengkulu, 2004).
Secara
geografis Bengkulu adalah suatau Provinsi yang terletak di sepanjang pantai
barat Sumatra lebih kurang 525 Km dan gugusan pulau Enggano yang berada lebih
kurang 90 mil laut di lautan hindia sebelah selatan provinsi Bengkulu. Provinsi
Bengkulu dengan luas wilayah 19.789 kilometer persegi dan secara geografis
terletak di antara 20 161–30 311 Lintang selatan dan 1010 011–1030
411 Bujur timur, dengan suhu udara relatif sama dengan
daerah-daerah kota pinggiran pantai lainnya di Indonesia. Suhu udara maksimum
berkisar 32.9–340C sedangkan suhu udara minimum berkisar antara
22–23.30C, dan curah hujan sepanjang tahun 2003 sebesar 265 mm
dengan jumlah hari hujan sebanyak 224 hari (DinKes Provinsi Bengkulu, 2000).
Dalam upaya penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu telah melakukan
langkah–langkah dan kebijakan di bidang pembangunan kesehatan dengan visi
“Bengkulu Sehat 2010“ yang merupakan gambaran masyarakat Bengkulu di masa depan
yang ingin di capai melalui pembangunan kesehatan yang di tandai dengan
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang optimal dan merata di seluruh wilayah Provinsi Bengkulu (Dinkes.
Bengkulu, 2003).
Menurut hasil laporan Sistem
Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) di Kabupaten Bengkulu Selatan,
diperoleh gambaran kejadian malaria berjumlah 1.443 kasus, pada tahun 2005. Berdasarkan laporan hasil
sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) di Puskesmas Gunung Ayu
Manna Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun 2004 diperoleh data penyakit
malaria yaitu 94 kasus dan pada tahun 2005 yaitu 75 kasus. Puskesmas Gunung Ayu
terletak di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Survei awal penulis di Rumah
Sakit Umum Daerah Manna Bengkulu Selatan menunjukkan angka kejadian malaria
masih sangat tinggi yaitu sebanyak 172 orang pasien yang dirawat pada tahun
2004, sedangkan pada tahun 2005 pasien
yang dirawat sebanyak 198 orang pasien.
Secara umum, setiap orang dapat
terinfeksi malaria, tetapi ada beberapa orang yang meiliki kekebalan terhadap
parasit malaria baik yang bersifat bawaan/alamiah. Orang yang paling beresiko
terinfeksi malaria adalah bayi dan anak balita, wanita hamil, serta penduduk
non imun yang mengunjungi daerah endemis malaria seperti para pengungsi,
transmigran, dan wisatawan. Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara yaitu
alamiah dan non alamiah.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik meneliti
“perbedaan distribusi frekuensi umur pasien malaria di Puskesmas Gunung Ayu dan yang rawat inap
di RSUD Manna tahun 2004 dan tahun 2005”
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan ruang lingkup yang telah diuraikan oleh penulis diatas
maka dapat dirumuskan masalah penelitian : Apakah ada perbedaan distribusi
frekuensi umur pasien malaria di Puskesmas
Gunung Ayu dan yang rawat inap di RSUD Manna tahun 2004 dan tahun 2005
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mempelajari perbedaan distribusi frekuensi umur pasien malaria di Puskesmas Gunung Ayu dan yang rawat inap
di RSUD Manna tahun 2004 dan tahun 2005
1.3.2
Tujuan Khusus
Ingin mengetahui perbedaan distribusi frekuensi umur pasien
malaria di Puskesmas Gunung Ayu dan yang
rawat inap di RSUD Manna menurut golongan umur yaitu; bayi, masa pra sekolah,
masa sekolah, remaja, dewasa, dan lanjut usia tahun 2004 dan tahun 2005
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Bagi Pendidikan
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi dan
meningkatkan pengetahuan mahasiswa-mahasiwi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
1.4.2
Manfaat Bagi Tempat Penelitian
1)
Rumah Sakit Umum Daerah Manna
Hasil dapat
dijadikan masukan bagi program pemberantasan penyakit malaria dan dapat diambil
suatau kebijakan untuk masa yang akan datang.
2)
Puskesmas Gunung Ayu
Hasil dapat dijadikan masukan
bagi program pemberantasan penyakit menular (P2M) malaria dan dapat diambil
suatu kebijakan untuk masa yang akan datang.
1.4.3
Manfaat Bagi Masyarakat
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat terutama keluarga yang menderita malaria.
1.4.4
Manfaat Bagi Penulis
Hasil penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat
berharga bagi penulis yang telah dapat menerapkan ilmu yang di dapat selama
pendidikan di STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Malaria
2.1.1 Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut
maupun kronik, disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium di
tandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Arif Mansjoer, 2001).
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium
dengan gejala-gejala demam proksimal dan periodic anemia serta splenomegali
yang di tularkan melalui vector nyamuk anopeles (Purnawan
Junaidi, 1992).
Harisson (1991), Mengatakan bahwa malaria adalah
penyakit protozoa yang di tularkan kemanusia melalui gigitan nyamuk
anopeles, yang ditandai dengan kekakuan, splenomegali, anemia serta
perjalanan yang kambuh menahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa malaria adalah
penyakit tropis yang disebabkan oleh salah satau genus plasmodium dan
ditularkan lewat karier nyamuk genus anopheles yang terinfeksi.
2.1.2
Etiologi
Organisme penyebab penyakit malaria adalah sporozoa dari genus plasmodium, malaria
biasanya didapat dari gigitan nyamuk anopheles betina yang sebelumnya
terinfeksi. Ada empat species yang diketahui menginfeksi manusia yaitu :
Plasmodium falciparum yang menyebabkan penyakit malaria tropika, Plasmodium
Vivax yang menyebabkan malaria tertiana,Plasmodium Malariae yang menyebabkan
malaria quartana, dan Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale (Rusepno
Hassan,1985).
2.1.3
Patologi
Pada manusia
terdapat empat spesies malaria yang dapat menginfeksi, yaitu :
1. Plasmodium Palsifarum
Menurut Mursito
(2002),penyakit malaria ini termasuk jenis malaria ganas dengan masa inkubasi
9-14 hari, serangan plasmodium palsifarum ini di awali dengan rasa nyeri
kepala, pegal linu, dan nyeri pinggang yang di lanjutkan dengan rasa mual serta
muntah dan diare. Suhu badan tidak terlalu tinggi, jika tidak segera di obati
maka serangan akan semakin berat, bahkan dapat menyerang limpa dan hati. Jika
hati sudah terkena maka akan timbul gejala penyakit kuning, yang mana penderita
merasa gelisah dan kadang-kadang menggigau yang di sertai dengan keluarnya
keringat dingin.
Penyakit ini juga
dapat menyerang ginjal yang di tandai dengan warna air seni menjadi keruh dan
menghitam. Akibat yang paling buruk adalah apabila penyakit ini sudah menyerang
otak sehingga menyebabkan gumpalan darah pada pembuluh darah sehingga dapat
menyebabkan kelumpuhan, menurunnya kesadaran, dan akhirnya penderita tersebut
meninggal.
2. Plasmodium Vivak
Mempunyai Frekuensi
tertinggi di antara spesies yang lain, masa inkubasinya 12-17 hari bahkan
lebih. Serangan pertama di mulai dengan sakit kepala, sakit punggung, mual dan
malaise umum (sindrom prodomal). 2-4 hari pertama demam tidak terataur, setelah
intermiten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari, suhu meningkat
kemudian turun menjadi normal. Suhu badan dapat mencapai 40,60C atau
lebih. Gejala lain akan timbul seperti mual muntah, herper pada bibir, pusing,
mengantuk ini hanya bersifat sementara (Ganda Husada, 1998).
3. Plasmodium Quartana
Masa inkubasi
plasmodium ini berlangsung 18 hari kadang-kadang sampai 30-40 hari. Serangan
pertama demam mirip dengan plasmodium vivak, serangannya lebih terataur dan
terjadi pada sore hari (Ganda Husada, 1998).
4. Plasmodium Ovale
Plasmodium ini
banyak di jumpai di Indonesia bagian timur, terutama di Papua. Gejalanya mirip
dengan plasmodium vivak. Malaria yang di sebabkan parasit jenis ini relatif
jarang kambuh dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan (Mursito, 2002).
Parasit plasmodium malaria menyebabkan Sel
Darah Merah (erytrosit) saling lengket sehingga mengganggu mekanisme tubuh.
Keempat jenis plasmodium ini dikenal sangat mematikan tetapi plasmodium
falciparum yang dikenal paling ganas, sebab hanya dalam waktu sekitar 4 jam
sesudah nyamuk menggigit manusia, parasit dari ludah nyamuk segera menyebar ke
sel darah merah dan langsung ke nyawa si penderita.
2.1.4
Siklus Hidup Parasit Malaria
Siklus hidup parasit malaria terdiri dari:
a.
Siklus secara aseksual
dalam tubuh manusia
sporozoid masuk ke dalam
darah melalui gigitan nyamuk. Setelah itu setengah jam masuk kedalam hati
membentuk siklus preeritrosit (tropozoit - schizont - merozoid). Merozoit
masuk kembali kedalam hati meneruskan siklus ekso-eritrosit, sedangkan
sebagian lain masuk kedalam darah membentuk siklus eritrositer (merozoi
t-tropozoit muda - tropozoit tua – shizont – pecah - merozoit
yang memasuki eritrosit baru). Sebagian merozoit melalui gametogeni
membentuk mikro dan makrogametosit. (Nadesul, 1996)
b.
Secara seksual dalam tubuh
nyamuk
Dalam lambung nyamuk, makro dan mikrogametosit
berkembang menjadi makro dan mikrogamet – zigot (ookinet)
- menembus dinding lambung – ookista - sporozoit, sporozoit
dilepaskan dan masuk kedalam kelenjar ludah nyamuk. (Nadesul, 1996)
2.1.5
Patofisiologi
Malaria di sebabkan oleh plasmodium, yang mana plasmodium masuk ke
dalam darah (eritrosit) sehingga menyebabkan reaksi antigen/anti body dan
terjadi penghancuran atau pemecahan eritrosit yang berlebihan. Reaksi
antigen/anti body menimbulkan reaksi inflamasi, dengan adanya reaksi inflamasi
sehingga menyebabkan yang pertama demam tinggi yang dapat menimbulkan defisit
volume cairan, yang ke dua funciolaesa yang dapat menimbulkan gangguan
mobilisasi, yang ke tiga nyeri kepala yang dapat menimbulkan nyeri, yang ke
empat mual, muntah yang dapat menimbulkan perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan.
Terjadi penghancuran
dan pemecahan eruitrosit yang berlebihan sehingga menimbulkan pertama
hepatosplenomegali, ke dua anemia yang dapat menimbulkan resiko cidera, ke tiga
hiperbilirubinemia yang dapat menimbulkan ikterus.
2.1.6
Gejala Klinis
Dibeberapa daerah endemis sering
diketahui bahwa seseorang terserang malaria dengan gejala yang sangat khas,
seperti rasa ngilu pada tulang, pada malaria berat sering muncul gejala warna
air seni menjadi merah tua karena terdapat hemoglobin (Depkes RI, 1993).
Gejala klinis utama tersebut sering
diikuti oleh gejala klinis lainnya antara lain :
a. Demam
a.
Bedan lemas, pucat dan
berkeringat
b.
Nafsu makan menurun
c.
Mual-mual kadang diikuti dengan
muntah
d.
Sakit kepala yang berat dan
terus menerus
e.
Pembesaran limpa pada penderita
kronis
f.
Kejang-kejang dan penurunan
kesadaran sampai koma pada penderita malaria berat
g.
Diare dan anemia merupakan
gejala yang sering muncul pada anak-anak
Gejala klasik malaria merupakan suatau
paroksisme yang terdiri atas tiga stadium (Stadium dingin atau cold stage,
stadium demam atau hot stage dan stadium berkeringat atau sweating
stage). Ketiga stadium ini akan berlangsung secara berurutan pada penderita
yang berasal dari daerah non endemis. Pada penduduk di daerah endemis malaria,
ketiga stadium gejala klinis diatas tidak berurutan dan bahkan tidak semua
stadium ditemukan pada penderita.
1)
Stadium Dingin
Stadium ini dimulai dengan badan
menggigil dan perasaan sangat dingin, menggigil dan penderita biasanya menutupi
tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia. Nadi cepat
tetapi lemah, bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan dan sianotik. Kulit
kering dan pucat, penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi
kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2)
Stadium Demam
Setelah merasa kedinginan pada stadium
ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat
panas seperti terbakar, sakit kepala hebat dan mual serta muntah sering
terjadi. Nadi menjadi kuat kembali, biasanya merasa sangat haus dan suhu badan
dapat meningkat sampai 41 derajat Celsius atau lebih. Stadium ini berlangsung
antara 2 sampai 4 jam.
3)
Stadium Berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat
banyak sekali sampai-sampai alas tempat tidurnya basah. Suhu badan menurun
dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah normal. Penderita biasanya dapat
tidur nyenyak, pada saat bangun tidur badan terasa lemah, tetapi tidak ada
gejala lain. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang
disebutkan diatas tidak selalu sama setiap penderita, tergantung pada spesies
parasit dan umur penderita. Gejala klinis yang berat terjadi pada malaria
tropika, dan pada orang dewasa sering kali tidak ditemukan. (Rampengan, 1997).
Gejala klinis malaria pada
umumnya dikenali berdasarkan
gejala-gejalanya, dengan gejala yang sering terlihat adalah:
1.
Demam
Demam periodic yang berkaitan dengan pecahnya skizon
matang (sporulasi). Pada malaria tertiana (P.vivax dan P.ovale),
pematangan skizon 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke 3,
sedangkan malaria kuartana (P. malariae) pematangannya tiap 72
jam dan periodisitas demamnya tiap hari ke 4, Tiap serangan di tandai dengan
beberapa serangan periodic. Demam khas malaria terdiri dari 3 stadium,
yaitu mengigil (15 menit - 1 jam), puncak demam (2-6 jam), dan berkeringat (2-4
jam). Demam akan mereda secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap
parasit dalam tubuh dan ada respon imun.(Arif Mansjoer, 2001)
2.
Spelenomegali
Spelenomegali merupakan
gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam, dan
menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat
yang bertambah.
3.
Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab,
yang paling berat adalah anemia karena P. Falciparum. Anemia disebabkan
oleh:
a.
Penghancuran eritrosit
yang berlebihan.
b.
Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time).
c.
Gangguan pembentukan eritrosit
karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
4.
Ikterus
Ikterus disebabkan karenanhemolisis dan
gangguan hepar/hati (Arif mansjoer, 2001).
2.1.7
Cara Penularan Malaria
Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara, yaitu alamiah
dan non alamiah. Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles
yang mengandung parasit malaria dan non alamiah jika bukan melalui gigitan
nyamuk anopheles. Berikut beberapa penularan malaria secara non alamiah
:
a.
Malaria bawaan (congenital)
Malaria congenital adalah
malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria.
Penularannya terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput
yang melindungi plasenta) sehingga tidak adanya penghalang infeksi dari
ibu kepada janinnya, selain melalui plasenta, penularan dari ibu ke bayi
yang baru lahir melalui tali pusat. Gejala pada bayi yang baru lahir berupa
demam, iritabilitas (mudah teransang sehingga sering menangis/ rewel).
Pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan/minum, serta kuning
pada kulit dan selaput lendir. Keadaan ini harus dibedakan dengan infeksi congenital
lainnya, seperti toxoplasmosis, rubella, sifilis congenital,
dan anemia hemolitik. Pembuktian ini pasti dilakukan dengan deteksi
parasit malaria pada darah bayi.(Arlan, 2002)
b.
Penularan mekanik (transfusion
malaria)
Tranfusion malaria adalah infeksi malaria yang ditularkan melalui tranfusi
darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian jarum suntik secara
bersama-sama pada pencandu narkoba, atau melalui transplantasi organ.
Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pencandu obat bius yang
menggunakan jarum yang tidak steril. Parasit malaria bisa hidup selama tujuh
hari dalam darah donor, biasanya masa inkubasi tranfusion malaria lebih
singkat dibandingkan infeksi malaria secara alamiah. (Arlan, 2002)
2.1.8
Komplikasi
Komplikasi tergantung pada sistem
organ yang terkena akibat peredaran darah berkurang akibat sumbatan kapiler.
1.
Malaria cerebral
ditandai dengan gangguan kesadaran sampai koma, delirium, kejang,
terutama pada anak, hiperpireksia dan hemiplegia, bisa terjadi
kematian paralise dan afaxia
2.
Gangguan hepar sehingga
timbul ikterus, ini disebabkan oleh kerusakan parenkim hati dan
juga karena hemolisis eritrosit.
3.
Gangguan pada traktus
gastrointestinal, sehingga timbul diare hebat, sangat sering mengandung
lendir dan darah disebabkan oleh perdarahan dan lepasnya mukosa usus.
4.
Timbulnya lobuler iskemia
akut, akibat iskemia ginjal black water fever dimana urine
menjadi merah tua atau hitam karena hemoglobinuria akibat hemolisis
berlebihan.
5.
Gejala pada paru timbul batauk
dengan sputum berdarah dan dapat terjadi insifiensi paru seperti shock
lung syndrome.
2.1.9
Penatalaksanaan
2.1.9.1
Penatalaksanaan Medis
Ada 8 golongan obat-obatan anti malaria, yaitu :
1)
Alkaloid sinkona, misalnya kina (kinina)
2)
4-amino kinolin, misalnya klorokin, amodiakin
3)
8-amino kinolin, misalnya primakin, pamakin
4)
9-akridin, misalnya mepakrin
5)
Biguanid, misalnya proquanil, paludrin
6)
Diamino pirimidin, misalnya pirimetamin
7)
Sulfonamid, misalnya suffadiazin
8)
Sulfon, misalnya DDS
Khasiatnya :
1.
Untuk siklus eritrositer
: kinina, klorokin, mepakrin, dan amodiakin
2.
Untuk siklus eksoeritrositer
: primakin, proquanil, primetamin
3.
Untuk gametosid : primakin
4.
Obat sporontosidal :
primakin, proquanil, peirimetamin
Pengobatan pada anak-anak pada dasarnya sama dengan
pengobatan pada dewasa. Umumnya
anak-anak lebih tahan terhadap kina, tetapi pemberian kloroquin
IM perlu dilakukan secara hati-hati. Pada pasien dalam keadan koma dan muntah
hebat pengobatan enteral segera diberikan, meskipun pemberian obat peroral
jauh lebih aman bagi anak-anak. Obat yang dapat diberikan :
1.
Kina
Cara Pemakaian
a)
Infus : 5-10 mg / kg BB 20-30
IM garam fisiologis, diberikan selama 2-4 jam. Bila perlu diulang setelah 6-12
jam sampai maksimal 20 mg/kgBB/24 jam.
b)
Intramuskular : syarat pemberian sama dengan pada dewasa. Dosis tunggal maksimal
: 15 mg/kgBB
2.
Kloroquin
Cara pemberian :
a)
IV : Dosis pertama 5 mg/kg BB
dalam larutan isotonus 20 IM, di suntikkan selama 10-15 menit. Bila
perlu dapat diulang setelah 6-8 jam. Suntikan sebaiknya diberikan separuh dosis
dahulu dan sisanya diberikan selang 1-2 jam kemudian.
b)
Infus : 7 mg basa/kg BB
diberikan secara terus menerus dalam 24 jam.
c)
IM : Dosis pertama maksimal 5
mg basa/kg BB dengan dosis total tidak lebih dari 10 mg/kg BB/24 jam. Sebaiknya
dosis suntikkan dibagi dua dan masing-masing diberikan dengan perbedaan waktu
1-2 jam, tidak diberikan pada bayi dan anak kecil, karena dapat menimbulkan
kejang-kejang epileptik yang fatal atau gangguan susunan saraf pusat
yang menetap.
2.1.9.2
Penatalaksanaan Perawatan
Penyakit malaria dapat dicegah dengan
melakukan pemotongan rantai penularan dengan cara :
1.
Diberikan pada mereka yang akan
pergi ke daerah endemik malaria. Obat- obat diberikan mulai satau atau
beberapa hari sebelum berangkat sampai kira-kira 28 hari setelah meninggalkan
daerah tersebut. Dapat digunakan :
a.
Klorokin 2 tablet (300 mg base) tiap minggu
b.
Kinina 1 tablet (650 mg) tiap hari
c.
Mepakrin 1 tablet tiap hari
d.
Pirimetamin 2 tablet tiap minggu
2.
Mencegah gigitan vektor
a.
Membunuh nyamuk dengan
insektisida
b.
Tidur dengan menggunakan
kelambu
c.
Menghilangkan kesempatan nyamuk
berkembang biak
3.
Kemoprofilaksis
Pemberian
obat untuk tujuan profilaksis ini masih diteruskan sampai 1 bulan
meninggalkan daerah endemis
Tabel 2.1. Jenis dan Dosis
obat Kemoprofilaksis
No
|
Obat
|
< 3 Tahun
|
3-6 Tahun
|
7-10 Tahun
|
>10 Tahun
|
1
2
3
|
Proaquanil
(tiap hari)
Pirimetamin
(tiap minggu)
Kloroquin basa
|
25-50 mg
6,5-12,5 mg
50-100 mg
|
50-75 mg
12,5-25 mg
100-250 mg
|
100 mg
12,5-25 mg
100-250 mg
|
100-250 mg
25 mg
300 mg
|
2.1.10
Pemberantasan Malaria di Indonesia
Di Indonesia sekarang ini dilakukan pemberantasan malaria, dengan
tujuan Jawa dan Bali menurunkan endemisitas 0,1 – 0,2 % per tahun dan diluar
Jawa dan Bali menurunkan endemisitas ke tingkat yang serendah-rendahnya (Depkes RI, 1999). Dipakai metode sebagai
berikut
1)
Program pengobatan
Di Jawa
dan Bali, terhadap kasus-kasus yang secara klinik diduga malaria dilakukan :
a.
Buat sediaan darah tepi untuk
mencari parasit malaria
b.
Berikan pengobatan persangkaan
(presumtif) dengan kloroqin atau amodiakin dosis tungal
600 mg base per-os.
c.
Bila darah malaria positif,
berikan pengobatan sempurna (radikal).
d.
Pemeriksaan orang-orang serumah
dan sekitarnya terhadap gejala-gejala malaria.
Di luar
Jawa dan Bali, terhadap kasus-kasus yang secara klinik di duga malaria dilakukan
:
a.
Berikan pengobatan supresif
dengan kloroqin atau amodiakin 600 mg basa, jika gejala menetap pengobatan
boleh diulangi
b.
Pengobatan sempurna diberikan
bila ada fasilitas laboratorium dan diagnosis malaria dibenarkan, serta tingkat
endemisitas rendah (prevalensi kurang dari 5%).
2)
Program penyemprotan
Di Jawa
dan Bali, penyemprotan dilakukan terhadap daerah-daerah “fokus aktif”
dengan unit desa. Daerah fokus aktif yaitu bila ada penularan di daerah
tersebut, hal ini diketahui dengan adanya kasus autochton dan nyamuk anopheles
dangan plasmodium di dalamnya.
Di luar
Jawa dan Bali, daerah fokus aktif disemprot dengan prioritas:
a.
Tingkat endemisitasnya tinggi
b.
Penduduk yang padat
c.
Produktivitas tinggi
Yaitu terutama daerah-daerah pembangunan dan
transmigrasi.
3)
Tindakan anti larva (minyak
tanah, “Paris green”)
4)
Laboratorium untuk menyokong
program pengobatan.
2.1.11
Pencegahan
1. Menghindari gigitan nyamuk
malaria
Sebaiknya mereka yang tinggal di daerah endemis malaria
memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah, serta menggunakan kelambu
saat tidur. Masyarakat juga dapat memakai minyak anti nyamuk saat tidur malam
hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria.
2.
Membunuh jentik dan nyamuk
malaria dewasa
Untuk membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa, dapat dilakukan
beberapa tindakan berikut ini :
a.
Penyemprotan rumah
Sebaiknya, penyemprotan rumah-rumah di daerah endemis
malaria dengan insektisida dilaksanakan dua kali dalam setahun dengan interval
waktu 6 bulan.
b.
Larvaciding
Larvaciding merupakan
kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk
malaria.
c.
Biological control
Biological control adalah
kegiatan penebaran ikan kepala timah dan ikan Guppy/wadercetul ke
genangan-genangan air yang mengalir dan persawahan. Ikan tersebut berfungsi
sebagai pemangsa jentik nyamuk malaria.
3.
Mengurangi tempat perindukan
nyamuk malaria
Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam,
tergantung species nyamuknya. Ada nyamuk malaria yang hidup di kawasan pantai,
rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan, atau hidup di air bersih pegunungan.
4.
Pemberian obat pencegahan
malaria
Pemberian obat pencegahan (Propilaksis) malaria
bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, serta timbulnya gejala-gejala
penyakit malaria.
5.
Pemberian vaksin malaria
Pemberian vaksin malaria merupakan
tindakan yang diharapkan dapat membantu mencegah infeksi malaria sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat infeksi malaria.
2.1.12
Epidemologi Penyakit Malaria
Penyebaran penyakit
malaria pada dasarnya sangat tergantung dengan adanya hubungan interaksi antara tiga faktor dasar epidemiologi,
yaitu agent (Penyebab malaria), host (Manusia dan nyamuk) dan environment
(lingkungan). Parasit malaria atau plasmodium merupakan penyebab
malaria. Untuk kelangsungan hidupnya parasit malaria tersebut melalui dua
siklus yang terdiri dari siklus aseksual dalam tubuh manusia (host
intermediare) dan siklus seksual dalam tubuh nyamuk Anopeles
(host definitive), Untuk perkembangbiakan nyamuk anopeles sebagai
vector penular penyakit malaria
diperlukan kondisi
lingkungan/habitat yang sesuai dengan
kebutuhan hidup nyamuk. Lingkungan dapat ditinjau sebagai lingkungan fisik,
lingkungan kimiawi, lingkungan biologi dan lingkungan sosial budaya.
2.1.12.1
Agent (penyebab malaria)
Penyebab malaria adalah genus
plasmodia, dan order cocididae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal
4 macam spesies parasit malaria, yakni :
1)
Plasmodiom Falcifarum
Terdapat di rawa-rawa penyebab
malaria tropika yang sering menyebabkan malaria yang berat atau malaria
menyerang saraf otak.
2)
Plasmodium Vivak
Penyebab malaria tertiana
menyebabkan penurunan trombosit.
3)
Plasmodium Malariae
Penyebab
malaria quartana
4)
Plasmodium Ovale
Jenis ini jarang sekali di
jumpai, umumnya banyak di Afrika dan Fasifik barat.
2.1.12.2
Host
Manusia disebut sebagai human
reservoir atau sebagai sumber penular apabila didalam darahnya banyak
mengandung plasmodium (gametosit). Penularan malaria terjadi apabila vector
(nyamuk anopheles) menggigit manusia yang dalam darahnya banyak
mengandung gametosit. Di dalam tubuh nyamuk gametosit akan
berkembang menjadi gamet jantan dan betina lalu melebur menjadi zygote.
Zygote kemudian membentuk ookinet lalu ookista. Ookista
pecah menghasilkan sprozoit kemudian menetap di kelenjar ludah nyamuk.
Selanjutnya bila nyamuk menggigit manusia maka sporozoit akan masuk ke
dalam darah manusia dan berkembang menjadi gametosit.
1)
Manusia (Host Intermediate)
Faktor-faktor pada manusia yang berpengaruh terhadap
kejadian malaria, antara lain adalah:
a.
Ras atau suku bangsa
Penduduk Afrika yang kadar haemooglobin S (hb
S)nya cukup tinggi ternyata lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum.
Penyelidikan terakhir menunjukan bahwa hb. S dapat menghambat perkembangbiakan P.
Falciparum baik sewaktu invansi sel darah merah maupun sewaktu
pertumbuhannya. Hb S terdapat pada penderita dengan kelainan darah yang
merupakan penyakit turunan /herediter yang di sebut sickle cell
anemia, yaitu suatau kelainan yang berupa perubahan bentuk sel darah merah
karena penurunan tekanan oksigen udara.
b.
Kurangnya suatau enzim tertentu
Kurangnya enzim gflukosa 6 fosfat dehidrogenase
(G6PD) dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi P. Falciparum yang
berat. Kekurangngan enzim G6PD ini merupakan penyakit keturunan dengan
manifestasi utama pada pria.
c.
Kekebalan pada penyakit malaria
dapat didefinisikan sebagai adanya kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan plasmodium
yang masuk atau membatasi perkembiakannya/ jumlahnya.
Ada dua macam
kekebalan :
1.
Kekebalan alamiah (nataural
immunity), adalah kekebalan yang timbul tanpa memerlukan infeksi lebih
dahulu.
2.
Kekebalan di dapat (agguaired
immunity), terdiri dari kekebalan aktif (active immunity) yang
merupakan penguatan dari mekanisme pertahanan tubuh sebagai akibat infeksi
sebelumnya atau dari vaksinasi, serta kekebalan pasif atau kekebalan
bawaan (congenital immunity) yakni pemindahan anti bodi atau zat-zat
yang berfungsi aktif dari ibu kepada janinnya atau melalui pemberian serum dari
seseorang yang kebal penyakit.
d.
Umur dan jenis kelamin
Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan
wanita atau pada berbagai golongan umur sebenarnya disebabkan oleh faktor lain
seperti pekerjaan, pendidikan, perumahan, migrasi penduduk, kekebalan dan lain-
lain.
2). Nyamuk Anopheles (host definitive)
Hanya nyamuk anopheles
betina yang menghisap darah, karena darah di perlukan untuk pertumbuhan
telurnya.
Perilaku nyamuk yang diamati:
a.
Tempat perindukan yang di sukai
b.
Tempat hinggap atau istirahat (eksofilik
atau endofilik)
c.
Tempat menggigit (eksofagik
atau endofagik)
d.
Obyek yang digigit (antrofofilik
atau zoofilik)
e.
Waktu (jam) puncak gigitan
f.
Umur nyamuk (longevity)
2.1.12.3
Environment (Lingkungan)
Faktor lingkungan mempunyai pengaruh
yang cukup besar terhadap kejadian malaria di suatau daerah, Keadaan lingkungan
yang mempengaruhi penyakit malaria, yaitu :
1.
Lingkungan fisik
Suhu, kelembaban udara, hujan , angin, sinar matahari
dan arus air
2. Lingkungan
kimiawi
dari lingkungan ini baru diketahui pengaruhnya adalah
kadar garam dari tempat perindukan
3. Lingkungan biologi
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan
lain yang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk.
4. Lingkungan
sosial dan budaya
Kebiasaan buruk berada di luar rumah sampai larut malam
vektornya lebih bersifat eksofilik, eksofilik akan memperbesar jumlah
gigitan nyamuk (Depkes. RI. 1993)
2.1.13
Diagnosis
Diagnosis didasarkan
pada gejala serta tanda klinis seperti tersebut diatas ditambah dengan hasil
pemeriksaan preparat darah malaria baik berupa tetes tebal maupun hapusan darah
tepi (Rampengan, 1997). Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal
dan tipis dilakukan untuk melihat keberadaan parasit dalam darah tepi seperti trofozoit
yang berbentuk cincin.
2.2
Umur
2.2.1
Pengertian
Menurut
Purwadarmita (1984) Umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan sampai
meninggal dunia
2.2.2
Klasifikasi Umur
Menurut
Prof. Dr. Sumiati Ahmad Muhammad merupakan guru besar Universitas Gajah Mada
pada Fakultas Kedokteran membagi
periodisasi perkembangan manusia sebagai berikut :
0-28 hari : Bayi
1-6 tahun : Masa pra sekolah
6-10 tahun : Masa sekolah
10-20 tahun : Masa remaja
20-40 tahun : Masa dewasa
40-65 : Masa setengah umur (pra
senium)
65 tahun ke atas : Masa lanjut usia (senium)
No comments:
Post a Comment